Jadi, sekarang udah penghujung tahun 2012? Ini (lagi-lagi) waktu yang terlalu cepet, atau gimana sih?
Tiba-tiba jadi inget, bahwa tepat tahun lalu, gue sedang berada di Puncak, nontonin sekaligus masang kembang api di teras villa bareng-bareng keluarga. Sekarang? Gue sedang berduaan sama si dia di kamar kos sambil nonton Sailor Moon(si dia adalah laptop tercinta). Well, this is my very first new year eve without family, even worse.. without anyone. But still, I thank God for everything I have got this far.
Kalo mau dibuat daftar terima kasih gue sepanjang 2012, gue rasa sulit. Di samping fakta bahwa ingatan gue kadang-kadang buruk sekali, menurut gue.. terlalu banyak hal yang harus gue syukuri. Hmm.. Semua hal emang patut untuk disyukuri—seharusnya.
Atas keluarga 'warna-warni' saya yang meskipun jauh secara fisik, tapi dekat di hati #EAA, I thank You. Atas teman-teman 'gila' yang berkenan untuk bersinggungan dengan garis kehidupan saya, I thank You. Atas kelulusan saya dari SMA dengan nilai yang sangat baik untuk orang semales saya, I thank You. Atas diterimanya saya di salah satu perguruan tinggi negeri yang bagus, I thank You. Atas kekuatan hingga saya masih bisa meneruskan komitmen saya sendiri, I thank You. Atas nafas sampai detik ini, I thank You.
Terima kasih, Tuhan, buat selalu ngedengerin doa saya selama tahun 2012 (dan juga tahun-tahun sebelumnya dan yang akan datang! Pasti!). Terima kasih untuk segala doa yang terkabul, dan lebih terima kasih lagi, untuk segala doa yang dijawab dengan lebih dahsyat dari yang saya bayangin.
Jadi, besok udah tahun depan. 2013 itu 2012 ditambah satu, jadi harus ada yang 'nambah' daripada 2012, kalo bisa, segala-galanya yang positif dan baik, bisa nambah, ya! Asal jangan pijet yang nambah, nanti jadi pijet plus-plus (apa ini? Jayus sekali).
Oke deh. Sekarang nyalain kembang api lagi, ya. Yang gede kembang apinya, biar kedengeran sampe tempat gue sekarang, Jatinangor.
Selamat tahun baru!!
December 31, 2012
December 07, 2012
Spontanitas
Wah, sudah bulan Desember
lagi—sudah di penghujung tahun lagi. Ini... gue yang terlalu santai, atau waktu
yang terlalu cepet, sih?
Ada banyak sekali rencana sekilas (hanya melintas di otak aja, contohnya, “Gue
mau ngelakuin ini ah”) yang belum tercapai dari awal 2012 sampai detik ini.
Soal dunia tulis-menulis, misalnya. Tahun ini gue tidak menghasilkan apa-apa
kecuali postingan di blog. Padahal sebenernya gue pengen ngirim cerpen ke
majalah lagi(honornya lumayan, bro). Kesulitannya
adalah, otak gue belum cukup dewasa untuk mampu membuat cerpen ‘berat’,
sementara kalo bikin cerpen-cerpen a la anak SMP-SMA, gue malah ngerasa kacangan.
Dilema. Juga soal dunia kuliah, gue nggak tau kenapa malah nyasar di Sastra Inggris—padahal
maunya Seni Rupa, tapi gue juga nggak tau kenapa gue menuliskan Sastra Inggris
sebagai pilihan pertama di SNMPTN tulis.
Ada apa dengan.. otak.. saya?
Sejauh ini, gue selalu
nurut aja sama segala hal tiba-tiba yang ada di kehidupan gue. Tiba-tiba lulus
SMA, tiba-tiba lolos SNMPTN, tiba-tiba dapet kosan tanpa nyari, tiba-tiba
cinta datang kepadaku¯. Gue akui, gue adalah pemalas akut. Gue jarang sekali berusaha sekuat
tenaga untuk mendapatkan sesuatu, gue lebih banyak cuma berusaha dengan kadar
yang gue inginkan(tentu saja yang tidak
membuat gue lelah) kemudian berserah. Dan sejauh ini, banyak hal tiba-tiba
yang datang menyapa, dan kebanyakan langsung gue iyakan.
Tiba-tiba saja hidup gue
jadi hidup yang penuh dengan kejadian-kejadian spontan. Dulu, waktu kecil,
setiap ditanya mau jadi apa, gue jawab “Mau jadi pelukis!” Nah, sekarang,
mungkin gue nggak akan jawab seyakin itu. Jadi apa aja yang jujur?
Kedengerannya terlalu religius, ya. Tapi emang harusnya gitu, kan? Dan gue—sekarang ini—lebih sering menjawab, “Liat
aja nanti.” Kedengerannya kayak orang nggak punya tujuan hidup? Lah, tujuan
hidup semua orang kan, mati terus masuk surga? Nggak usah pengen punya, emang
udah punya dari sononya kok. Dan, emangnya ada orang yang nggak mau masuk
surga? Jadi, sebelum ‘tujuan hidup’ itu tercapai, mungkin aja gue akan menjadi
pelukis, penulis, desainer, mahasiswa seni, dan siapa yang bisa menjamin kalo gue
nggak mungkin jadi astronot atau ilmuwan? Ya, meskipun itu khayalan tingkat
dewa, tapi... who knows? Kalo tiba-tiba Tuhan berkehendak agar gue menjadi
seorang supir angkot, gue bisa apa? Ya, paling nyupir angkot jadi kerjaan sampingan, kalo lagi bosen di kantor Apple. (kan gue juga bisa jadi CEO Apple?)
Jadi, inti dari curahan
hati gue di post kali ini adalah... bahwa gue bisa menjadi apa aja, kapan aja,
dan gue tidak pernah menargetkan atau meresolusikannya untuk terwujud dalam
kurun waktu tertentu. Yang bisa gue lakukan hanya usaha, kalo bisa yang nggak
bikin capek. Sisanya? Berserah. Gue nggak mau terlalu ambisius dengan sesuatu
yang gue harapkan, supaya gue tetap bisa tersenyum saat banyak hal tiba-tiba
yang tanpa gue sadari, datang menghampiri gue. Tuhan tahu tentang gue lebih
daripada gue mengetahui diri gue sendiri.
He knows the answers of all our unanswered questions; the solutions of all our unsolved problems.
Selamat malam. Coba deh: tutup mata lo, bayangkan semua hal yang sudah terjadi—yang sebetulnya di luar rencana lo, tapi lo menikmatinya. Dan jangan lupa, .....tersenyumlah! :-D
P.S.
(.....gue bijaksana banget, ya?)(Terharu sendiri)(Dibakar massa)
(.....gue bijaksana banget, ya?)(Terharu sendiri)(Dibakar massa)
Subscribe to:
Posts (Atom)