September 19, 2012

Memaafkan


Semalam gue berbincang-bincang dengan seorang teman via sms. Teman gue ini, kita samarkan saja namanya menjadi Bunga. Jadi, Bunga memberitahukan kepada gue bahwa dia mendapatkan chat dari seorang teman kami semasa SMP dulu, sebut saja Rian(bukan nama sebenarnya)(jadi kayak reportase investigasi).

Semasa sekolah, Rian adalah anak yang cenderung dijauhi oleh gue dan teman-teman. Oke. Ini emang jahat, tapi yang namanya manusia memang pasti pernah salah, kan? Gue manusia juga loh, fyi. Jadi, anak-anak cewek menjauhi dia karena tidak mau dikatain, sementara anak-anak cowok seneng ngerjain dia. Sepengetahuan gue, hanya ada beberapa orang yang berteman dengan dia. Well, maybe it would have been so hard for him to survive. Denger-denger sih sejak lulus SMP, dia punya komunitas. Survival-nya yang sulit sudah berakhir sejak 4 tahun yang lalu, berarti. Seinget gue, kami udah pernah minta maaf, kok, ke dia.

Jadi, Bunga bercerita setiap detail chat-nya dengan Rian. Intinya, Rian berkata bahwa dia kepahitan(semacam benci karena kecewa) kepada teman angkatannya semasa SMP, berarti termasuk gue dan Bunga. Dia bilang, dia ingat betapa bencinya setiap orang yang harus duduk semeja sama dia, termasuk Bunga. Hal ini tentu saja membuat Bunga merasa tidak enak. Saat Bunga mengutarakan ke-tidakenak-annya kepada Rian, dia malah menjawab agar Bunga tidak perlu merasa tidak enak, dia juga bilang terima kasih buat sikap kami yang seperti itu terhadap dia.

JEGER! Gue tersentuh? Tidak sama sekali. Dia yang membawa-bawa permasalahan masa lalunya, dia yang memancing Bunga sampai Bunga merasa bersalah, kemudian dia juga yang dengan sok bijak menjawab seperti itu, seakan-akan dia tidak pernah mengungkit masa lalu yang mungkin memang kesalahan gue, Bunga, dan teman-teman lainnya. Seakan-akan Bunga tiba-tiba merasa tidak enak padahal Rian tidak pernah berkata apa-apa soal masa lalunya.

Dia pemaaf? Apakah orang yang memaafkan bertindak seperti itu? Menurut gue sih, enggak. Kalo seseorang udah memaafkan orang lain yang bersalah kepada dia dengan ikhlas, dia tidak akan pernah mengungkit-ngungkit lagi kesalahan orang itu di masa lalu. Kesalahan orang kepada kita, bukan merupakan hal yang bagus untuk diingat dan dikenang, apalagi kalo kesalahan itu sudah kita anggap termaafkan. Buat apa diungkit-ungkit lagi? Tujuan mengungkit-ngungkit kesalahan orang lain kepada kita di masa lalu itu menurut gue hanya ada dua. Satu, membuat orang itu merasa bersalah atau malu(lagi). Dan dua, karena kita ingin orang itu minta maaf(lagi).

Sikap Rian yang seperti itu, bagi gue adalah sebuah kemunafikan. Dengan mengungkit-ngungkit kesalahan kami di masa lalu, menurut gue, mungkin dia belum memaafkan kami. Dia yang memulai chat dengan Bunga, membahas kesalahan-kesalahan Bunga, kemudian saat Bunga merasa tidak enak, dia menjawab dengan jawaban yang seolah-olah Bunga-lah yang membahas semua kesalahannya sendiri. Kalo emang dia belum bisa memaafkan kami, kenapa dia nggak jujur aja? Dan kenapa juga dia harus berterima kasih segala? Biar orang-orang kagum sama ‘kemurahan hati’nya? Kalopun emang dia sudah memaafkan kami, perbuatannya tidak mencerminkan demikian. Gue masih belum percaya kalo dia sudah memaafkan. Yang penting gue udah pernah minta maaf. Dia mau memaafkan atau tidak, itu bukan urusan dia sama gue sih.... itu urusan dia sama Penciptanya.

Pokoknya, bila mungkin ada sebuah coincidence & orang yang gue maksud membaca post ini, gue berharap orang itu ngerti, kalo post ini gue buat bukan dengan maksud mengolok-olok dia, apalagi menghina. Gue cuma pengen memberitahukan dia cara memaafkan yang sesungguhnya menurut versi gue. Thank you!

2 comments:

  1. Nah! Sekali lagi, I do not have any purpose in mocking. Semoga lo ngerti. Mohon maaf sebelumnya, God bless!

    ReplyDelete